Senin, 21 November 2016

TUGAS 3 SOFTSKIL (PENGANTAR BISNIS)


Tugas Penulisan Softskill
Nama : Nadia Vio Agusta
NPM : 25216261
Kelas : 1EB20

Kelautan sebagai sumber 
perekonomian yang baru



BAB I
Pendahuluan

Untuk memenuhi tugas penulisan pengantar bisnis kali ini saya akan menjelaskan 'kelautan sebagai sumber perekonomian yang baru' sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang tiga perempat wilayahnya berupa laut dengan kekayaan SDA dan jasa-jasa lingkungan (environmental services) yang sangat besar, ekonomi kelautan merupakan keunggulan dari Negara ini. Karena itu, sangat tepat dan benar, bila Presiden Jokowi dan Wapres JK memprioritaskan pembangunan ekonomi kelautan untuk mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia (PMD).




BAB II
Isi


Potensi ekonomi kelautan
 Kekayaan SDA dan jasa-jasa lingkungan kelautan dapat kita dayagunakan untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa melalui 11 sektor ekonomi kelautan: (1) perikanan tangkap, (2) perikanan budidaya, (3) industri pengolahan hasil perikanan, (4) industri bioteknologi kelautan, (5) pertambangan dan energi (ESDM), (6) pariwisata bahari, (7) hutan mangrove, (8) perhubungan laut, (9) sumberdaya wilayah pulau-pulau kecil, (10) industri dan jasa maritim, dan (11) SDA non-konvensional. Total nilai ekonomi kesebelas sektor ekonomi kelautan itu sekitar 1,2 trilyun dolar AS/tahun, dan dapat menyediakan lapangan kerja sedikitnya untuk 40 juta orang. Sampai sekarang, potensi ekonomi kelautan yang luar biasa besar itu baru dimanfaatkan sekitar 22% dari total potensinya. Ibarat ‘Raksasa Ekonomi Yang Tertidur’ . Selain itu, posisi geoekonomi dan geopolitik Indonesia juga sangat strategis, dimana 45% dari seluruh komoditas dan produk yang diperdagangkan di dunia dengan nilai 1.500 trilyun dolar AS/tahun dikapalkan melalui ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) (UNCTAD, 2012). Wilayah NKRI yang diapit oleh Benua Asia dan Australia serta Samudera Pasifik dan Hindia merupakan ’choke point’ yang sangat menentukan pergerakan kapal-kapal perang maupun niaga dan dinamika politik global, khususnya potensi konflik antara negara-negara besar seperti AS, China, Jepang, India, dan ASEAN. Wilayah pesisir dan laut Indonesia juga merupakan pusat keanekaragaman hayati laut dunia dan penentu dinamika iklim global.
bila kita mampu membangun wilayah pesisir dan lautan serta kekayaan alam yang terdapat di dalamnya secara produktif, efisien, inklusif, dan ramah lingkungan. Maka, kita akan mampu mengatasi sejumlah permasalahan utama bangsa, seperti pengangguran dan kemiskinan, kesenjangan antara kelompok kaya vs miskin yang kian melebar, disparitas pembangunan antar wilayah, buruknya konektivitas dan sangat mahalnya biaya logistik (26% PDB), gizi buruk, dan rendahnya daya saing serta IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Indonesia.


Konstruksi PMD
Mengacu pada visi Presiden Jokowi tentang PMD di atas, pada dasarnya ada lima kelompok kebijakan dan program utama yang mesti dikerjakan: (1) penegakkan kedaulatan NKRI, termasuk penuntasan batas wilayah laut, pemberantasan illegal fishing dan berbagai kegiatan ilegal lainnya; (2) pembangunan ekonomi (pemanfaatan SDA dan JASLING) kelautan; (3) memelihara kelestarian sumber daya kelautan; (4) pengembangan kapasitas IPTEK kelautan; dan (5) peningkatan budaya maritim bangsa. Untuk mengakselerasi pembangunan kelautan secara lebih produktif, efisien, inklusif, dan ramah lingkungan, selain KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) yang sudah ada sejak awal Pemerintahan Presiden KH. Abdurrahman Wahid (September 1999) dan dibesarkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri melalui program GERBANG MINA BAHARI (Gerakan Nasional Pembangunan Kelautan), Presiden Jokowi juga membentuk Kementerian Koordinator Maritim. Dalam hal penegakkan kedaulatan dan pelestarian, pemerintah telah melaksanakan sejumlah kebijakan yang cukup bagus, antara lain pemberantasan illegal fishing, moratorium kapal ikan eks asing, larangan alih muatan ikan di laut (transhipment), larangan penggunaan alat penangkapan ikan yang digunakan oleh mayoritas nelayan kita, dan larangan menangkap lobster, rajungan dan kepiting ukuran tertentu. Sayang, tidak didahului dengan sosialisasi dan penyiapan alternatif solusi nya. Sehingga, kebijakan tersebut justru menyulut demonstrasi nelayan dan pembudidaya ikan dimana-mana, mengakibatkan ratusan ribuan nelayan dan pembudidaya menganggur, sentra-sentra industri pengolahan ikan (seperti Belawan, Muara Baru, Benoa, dan Bitung) mengalami mati suri, ribuan ton kerapu dan kepiting soka tidak terjual dan mati membusuk, dan sejumlah dampak negatip lainnya. Sementara potensi ekonomi kelautan yang luar biasa besar, antara lain perikanan budidaya, industri bioteknologi kelautan, garam, pariwisata bahari, energi terbarukan dari laut (seperti pasang-surut, gelombang dan OTEC/Ocean Thermal Energy Conversion), industri dan jasa maritim, dan sumber daya wilayah pulau-pulau kecil belum mendapat perhatian memadai. Program ekonomi kelautan yang sekarang dikerjakan pemerintah baru pembangunan pelabuhan dan infrastruktur maritim lainnya, yang sifatnya mengeluarkan uang (APBN), bukan menghasilkan pendapatan negara. Padahal membangun pelabuhan tanpa dibarengi dengan mengembangkan perekonomian wilayah hanya akan mengakibatkan pelabuhan itu mubazir alias mangkrak.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
            Pada dasarnya Indonesia itu adalah Negara yang kaya akan hasil lautnya dan dapat dijadikan sumber perekonomian Negara. Asalkan kita dapat memanfaatkannya dengan baik dan mengolah dengan cara yang benar.


BAB IV
Referensi


http://www.kompasiana.com/rokhmin/kelautan-sebagai-sumber-pertumbuhan-ekonomi-baru_55cda3a9907e615c142d4ebc


Tidak ada komentar:

Posting Komentar