Selasa, 25 April 2017

INDUSTRIALISASI DI INDONESIA

1. KONSEP DAN TUJUAN INDUSTRIALISASI
Dalam sejarah pembangunan ekonomi, konsep industrialisasi berawal dari revolusi industry pertama pada pertengahan abad 18 di Inggris dengan penemuan metode baru untuk pemintaan dan penemuan kapas yang menciptakan spesialisasi dalam produksi dan peningkatan produktivitas dari factor produksi yang digunakan. Setelah itu, inovasi dan penemuan baru dalam pengolahan besi dan mesin uap yang mendorong inovasi dalam pembuatan antara lain besi baja, kereta api dan kapal tenaga uap.
Revolusi industry kedua akhir abad 18 dan awal abad 19 dengan berbagai perkembangan teknologi dan inovasi membantu laju industrialisasi. Setelah PD II muncul berbagai teknologi baru seperti produksi masal dengan menggunakan assembly line, tenaga listrik, kendaraan bermotor, penemuan barang sintetis dan revolusi teknologi komunikasi, elektronik, bio, computer dan penggunaan robot.
Awal konsep industrialisasi adalah Revolusi industri abad 18 di Inggris kemudian Penemuan metode baru dalam pemintlan dan penemuan kapas yg menciptakan spesialisasi produksi dan peningkatan produktivitas factor produksi. Industrialisasi adalah suatu proses interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi.
Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam melimpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu :
1. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri.
2. Meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri.
3. Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian.
4. Mendukung perkembangan sektor infrastruktur.
5. Meningkatkan kemampuan teknologi.
6. Meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk.
7. Meningkatkan penyebaran industri.
Industri adalah bidang matapencaharian yang menggunakan ketrampilan dan ketekunan kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya dan politik.
Tujuan industrialisasi itu sendiri adalah untuk memajukan sumber daya alam yang dimiliki oleh setiap Negara,dengan didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas,dengan industrialisasi ini maka,Negara berkembanga yang mampu memanfaatkannya dengan baik,maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara tersebut. 
2. FAKTOR PENDORONG INDUSTRIALISASI(Perbedaan intesitas dalam proses industrialisasi antar negara) 
a. Kemampuan teknologi dan inovasi
b. Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat
d. Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi
e. Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
f. Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi
g. Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.
3. PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR NASIONAL
Perusahaan manufaktur merupakan penompang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan.
Sejak krisis ekonomi dunia yang terjadi tahun 1998 dan merontokkan berbagai sendi perekonomian nasional, perkembangan industri di Indonesia secara nasional belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Bahkan perkembangan industri nasional, khususnya industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot ketimbang grafik peningkatannya.
Sebuah hasil riset yang dilakukan pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga internasional terhadap prospek industri manufaktur di berbagai negara memperlihatkan hasil yang cukup memprihatinkan. Dari 60 negara yang menjadi obyek penelitian, posisi industri manufaktur Indonesia berada di posisi terbawah bersama beberapa negara Asia, seperti Vietnam. Riset yang meneliti aspek daya saing produk industri manufaktur Indonesia di pasar global, menempatkannya pada posisi yang sangat rendah
Industri manufaktur masa depan adalah industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).
Sector industry manufaktur di banyak Negara berkembang mengalami perkembangan sangat pesat dalam tiga decade terakhir. Asia Timur dan Asia Tenggara dapat dikatakan sebagai kasus istimewa. Lebih dari 25 tahun terakhir, dijuluki a miraculous economic karena kinerja ekonominya sangat hebat. Dari 1970 hinga 1995, industry manufaktur merupakan contributor utama.
Untuk melihat sejauh mana perkembangan industry manufaktur di Indonesia selama ini, perlu dilihat perbandingan kinerjanya dengan sector yang sama di Negara-negara lain. Dalam kelompok ASEAN, misalnya kontribusi output dari sector industry manufaktur terhadap pembentukan PDB di Indonesia masih relative kecil, walaupun laju pertumbuhan output rata-ratanya termasuk tinggi di Negara-negara ASEAN lainnya. Struktur ini menandakan Indonesia belum merupakan Negara dengan tingkat industrialisasi yang tinggi dibandingkan Malaysia dan Thailand.
4. PERMASALAHAN DALAM INDUSTRI MANUFAKTUR
Secara umum, industry manufaktur di Negara-negara berkembang masih terbelakang jika dibandingkan dengan sector yang sama di Negara maju, walaupun di Negara-negara berkembanga ada Negara-negara yang industrinya sudah sangat maju.
Dalam kasus Indonesia, UNIDO (2000) dalam studinya mengelompokkan masalah yang dihadapi industry manufaktur nasional ke dalam 2 kategori, yaitu kelemahan yang bersifat structural dan yang bersifat organisasi.
Kelemahan-kelemahan structural di antaranya:
1. Basis ekspor dan pasarnya yang sempit
a. Empat produk, yakni kayu lapis, pakaian jadi, tekstil dan alas kaki memiliki pangsa 50% dari nilai total manufaktur
b. Pasar tekstil dan pakaian jadi sangat terbatas
c. Tiga Negara (US, Jepang dan Singapura), menyerap 50% dari total ekspor manufaktur Indonesia, sementara US menyerap hampir setengah total nilai ekspor tekstil dan pakaian jadi
d. Sepuluh produk menyumbang 80% seluruh hasil ekspor manufaktur
e. Banyak produk manufaktur padat karya yang terpilih sebagai produk unggulan Indonesia mengalami penurunan harga di pasar dunia akibat persaingan ketat 
f. Banyak produk manufaktur yang merupakan ekspor tradisional Indonesia mengalami penurunan daya saing
2. Ketergantungan impor yang sangat tinggi
3. Tidak adanya industry berteknologi menengah
4. Konsentrasi regional
Kelemahan-kelemahan organisasi, di antaranya:
1. Industry skala kecil dan menengah (IKM) masih underdeveloped
2. Konsentrasi pasar
3. Lemahnya kapasitas untuk menyerap dan mengembangkan teknologi
4. Lemahnya SDM
5. STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SEKTOR INDUSTRI
1. Subtitusi Impor (inward-looking)
2. Promosi Ekspor (outward-looking)
Strategi industrialisasi
1. Strategi Subtitusi Impor
a. Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestic
b. Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
c. Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan
d. mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor
Pertimbangan yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini adalah:
a) SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup tersedia
b) Potensi permintaan dalam negeri memadai
c) Pendorong perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri
d) Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas
e) Dapat mengurangi ketergantungan impor
2. Penerapan strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia
a. Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru
b. Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
c. Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy
d. Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi


3. Strategi Promosi Ekspor
a. Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri
b. Tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari pemerintah
c. Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk yang   dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor
d. Strategi promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif
4. Kebijakan industrialisasi
a. Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
b. Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan
c. Pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN










SAMPLE CASE
Government In implementing the abolition of ODS (Ozone Destroyer) gradually the Government of Indonesia implements a control strategy and two-way, namely through supply control and demand. The strategy is implemented through the gradual halt of BPO imports, the prohibition of production and trading of BPOs, the adoption of BPO technology transfer with alternative replacement materials, the management of BPO that has been circulating in Indonesia, the prevention of BPO emissions into the atmosphere, as well as awareness raising and the participation of all stakeholders.
In the case example of the global environment there is a REFRIGERANT name
WHAT IS REFRIGERANT?
Refrigerant is a substance that flows in a cooling machine (refrigeration) or an air conditioning machine (AC). This substance serves to absorb heat from objects or cooled air and carry it and then throw it into the surrounding air outside the cooled object / room.
The types of refrigerants
Refrigerants can be grouped into synthetic refrigerant groups and natural refrigerants.Synthetic refrigerants are not found in nature and are made by humans from chemical elements. While the natural refrigerant is a refrigerant that can be found dialam, but still need a factory for mining and purification.
Refrigerants known as CFC, HCFC, and HFC are examples of synthetic refrigerants.While hydrocarbons (HC), carbon dioxide (CC2), water (H20), air and ammonia (NH3) are examples of frequently used natural refrigerants.
The impact of frequent use of refriregan or air conditioner
Positive Impact and Negative Air Conditioner
Air Conditioner / AC, is a useful tool for air conditioning. Sometimes for us everything that is trivial is neglected, but if not properly examined will disrupt our daily life. Here Acrilic AC will provide info on the Positive Impact and Negative AC.
Positive Impact:
1. AC can be used to cool and cool the room
2. Free of disease (because it is filtered with filters)
3. Changing sleep patterns, generally make sleepy (fast sleep)
4. Adding appetite (cold air will affect human digestive organs)
Negative Impact:
1. Cause Global Warming (Freon causes perforated ozone layer, if perforated, the temperature & weather becomes chaotic)
2. Electricity bills rise because the AC consumes electricity by 50% in use both at home and also in the office.
3. Air users also experience losses, among others, the skin and hair become dry due to the use of AC / Sparepart AC too often
4. If exposed to direct air wind blow we will be susceptible to diseases such as: colds, headaches, flu, muscles feel stiff, pain and tingling around the neck.
ANALYSYS
Solution to problem :
1. For prevention of negative impact point 1, it's good before buying air conditioner which freonnya use hydrocarbon, thereby reducing the effect of global warming
2. To prevent negative impact points 2, it is better before buying air conditioners should determine the capacity of AC (PK), often consumers buy air conditioning with (PK) is high with the proposition to make the temperature becomes very cool, certainly inefficient and energy-intensive, Bills go up, choose between 600 BTU / hour / m2. If there is already better set the most optimal AC temperature (no more than 25 degrees Celsius) and better to use 3-5 degrees Celsius lower than the room temperature.Remember! Every usage of temperature 1 degree celcius can decrease energyconsumption by 3-5% (BPPT).
3. For prevention of negative impact points 3, it is better to use timer method, when to sleep sebaikanya AC (Air Conditioner) on automatic set to die about 1-2 hours after you sleep. Although the AC is off but the room temperature will remain cool for some time.
4. For the prevention of negative impact points 4, it helps you use an AC wind blower made of acilic material which of course practical, efficient, cheap and durable.





Referensi:
kuswanto.staff.gunadarma .ac.id/.../7-INDUSTRIALISASI+DAN+PERKEMBANGAN.doc